Ansor Riau Gelar Halaqah Kebudayaan, Pimpinan LAMR: NU Wajib Hukumnya Memperhatikan Melayu

Selasa, 02 April 2024 | 15:53:42 WIB
Gerakan Pemuda Ansor Riau menggelar Halaqah Kebudayaan sekaligus buka bersama, Senin Sore (01/04/24).

Pekanbaru - Gerakan Pemuda Ansor Riau menggelar Halaqah Kebudayaan sekaligus buka bersama, Senin Sore (01/04/24). Acara ini dilakukan di Rumah Toleransi Riau dengan mengusung tema "Kearifan Melayu dan Khazanah Nahdlatul Ulama: Sebuah Titik Temu".

Halaqah Kebudayaan digagas GP Ansor Riau sebagai wadah pertemuan pikiran dan kanal dialog yang membahas isu-isu keislaman, kebudayaan, dan kemanusiaan. H. Purwaji, S.Sos., Ketua PW Ansor Riau, mengatakan Halaqah Kebudayaan didesain untuk merespons ragam persoalan sosial keagamaan yang mengedepankan spirit dialogis.

Muhtarom, Wakil Ketua PW Ansor Riau, dalam kata sambutan menegaskan perlu adanya sinergi antara Ansor dan LAM Riau untuk memajukan kebudayaan dan tradisi lokal. "Ansor dan LAM Riau perlu bekerja sama sebab kita punya spirit dan misi yang sama memajukan agenda-agenda kebudayaan masyarakat Melayu Riau ," sebutnya.

Bertindak sebagai narasumber dalam acara ini yaitu, Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil (Dewan Pimpinan Harian LAM Riau), Masdarudin, M.Ag. (Ketua PCNU Bengkalis), dan Imam Hanafi, M.A. (Akademisi dan Peneliti ISAIS).

Dalam pemaparannya, Datuk H. Taufik Ikram Jamil menyebutkan terlalu banyak titik temu antara Melayu dan NU, sehingga lebih memungkinkan mencari titik pisah. Titik temu yang paling utama ialah kalimat tauhid. "Satu-satunya bangsa yang mengikrarkan diri sebagai Islam hanya Melayu," tegasnya. Mengingat banyaknya titik temu antara NU dan Melayu, sastrawan kawakan Riau ini sempat bertitah, "NU wajib hukumnya memperhatikan Melayu."

Sedangkan Masdarudin, M.Ag. menitikberatkan penjelasannya pada  legitimasi keagamaan yang diberikan NU terhadap kebudayaan dan tradisi lokal. Menurutnya, NU memiliki segudang khazanah turats dan nalar keagamaan yang apresiatif dan akomodatif terhadap kearifan lokal. Ia juga menambahkan, Melayu memiliki kearifan yang khas dalam mengawinkan Islam dan budaya, namun seiring waktu kearifan itu mulai lenyap.

Adapun Imam Hanafi, M.A. memotret ekspresi keberagamaan masyarakat Melayu dari perspektif sosiologis, bahwa watak permisif dan terbuka masyarakat Melayu adalah suatu modal budaya penting. "Kolaborasi antara NU dan budaya Melayu memiliki potensi besar dalam mewujudkan kehidupan beragama yang inklusif dan toleran," jelasnya.

Hadir dalam Halaqah Kebudayaan Plt. Kakanwil Kementerian Agama Riau dan jajaran, perwakilan LAM Riau, kepala madrasah, penyuluh agama, pengurus PCNU, Ketua dan sekretaris PC Ansor, Banser, Muslimat, Fatayat, IPNU, IPPNU, dan Banom NU lainnya, serta organisasi kemasyarakatan dan kemahasiswaan. Total tercatat ada 124 audiens yang hadir secara langsung, dan 200 lebih via online.

Terkini